Masuk Islam Karena Celana Dalam
30 December 2014
Add Comment
Mungkin kedengaran aneh dan janggal. Hidayah memang bisa datang kapan
saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar
masuk islamnya seorang non muslim kedalam islam di sebabkan hal-hal
luar biasa dan penting. Seperti dokter Miller seorang penginjil Kanada
yang masuk islam setelah menjumpai I’jaz Qur’an dari berbagai segi.Tapi
yang ini benar-benar tidak biasa. Ya, masuk islam gara-gara celana
dalam!
Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh Pengajar di sebuah
perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang
perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris
termasuk pakaian dalam mereka.
Tidak ada sisi menarik pada wanita
ini, tua renta, pegawai rendahan dan hidup sendirian. Setiap kali
bertemu dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi
penuh dengan pakaian kotor. Untuk pekerjaan kasar seperti ini penghuni
rumah jompo ini terbilang cekatan di usianya yang sudah terbilang
uzur.Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota keluarga lansia
biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu saja
keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar
hati agar tidak membebani anak mereka. Namun di tengah kondisi seperti
itu sepertinya tidak membuat kecil hati tokoh kita ini yang justeru
begitu getol mengisi hari-harinya bergelut dengan cucian kotor.
Wanita
baya itu lebih suka dipanggil auntie atau bibi. Dia sudah bekerja
sebagai petugas laundry hampir separuh usianya. Beruntung baginya masih
ada instansi yang bersedia mempekerjakan para manula.
“Aku merasa
dihargai meski sudah tua. Lagipula, orang-orang seperti aku ini sudah
tidak ada yang mengurus, kalau bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah
menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing. Suamiku sudah
meninggal. Walaupun anak-anak suka menjenguk, tapi aku tetap ingin
punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua,” ujarnya.
“Bukan
untuk kerja yang berat memang, tapi setidaknya, selain menambah
penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu lebih baik daripada harus
tinggal diam di panti jompo.” Ujarnya lagi dengan wajah sendu.
“Sedih
juga kalau harus tinggal sendirian. Seperti seorang temanku. Dia juga
dulu bekerja sebagai petugas laundry bersamaku. Sampai akhirnya, anak
perempuan satu-satunya menikah. Namun setelah menikah, anak perempuannya
itu tidak pernah menghubunginya,” bibi berkisah.
Bagi sang Bibi
profesinya sebagai petugas laundry justeru membuatnya lebih dekat dengan
sepak terjang, liku-liku penghuni asrama yang rata-rata adalah
mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul kebiasaan para
mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari, adalah
pergi clubbing sekedar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, cafĂ©,
ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik dan fasilitas olahraga
sendiri.
Dan salah satu sisi negatif pergaulan dengan orang
Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasalah mereka
sampai benar-benar mabuk. Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi.
Muntah merata di sebarang tempat, kencing dalam celana dan sebagainya.
Inilah perbuatan paling bodoh yang pernah dilakukan oleh manusia sejak
terciptanya minuman beralkohol. Bukan saja menghilangkan akal sehat,
tetapi juga si pemabuk akan merasa kelelahan dan sakit kepala yang
teramat sangat (hangover).
Saat para penghuni asrama masih dibuai
mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk. Tinggalah sang
Bibi memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan terkadang harus
diangkut dari kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian
disortir dengan teliti satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran,
warna dan yang lebih spesifik lagi dipisahkankannya pakaian dalam dari
yang lain. Begitu pekerjaan rutin itu dilakukan dengan penuh dedikasi
tinggi walau diujung usianya yang semakin menua.
Waktu terus
berjalan, sementara sang Bibi tanpa putus asa terus bergelut dengan
‘dunia kotor’nya. Idealnya di penghujung usianya itu seharusnya masa
bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Namun
situasilah yang menyebabkan dia harus menanggung berbagai persoalan
hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di
dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut
harus banyak berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun ia justru
dituntut untuk berproduksi tinggi.
Entah sampai kapan dia harus melakoni pekerjaan itu. Maka sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Mereka sudah terdaftar akan menempati salah satu kamar di asrama tempat sang Bibi bekerja.
Bagi
kebanyakan pelajar timur tengah sangat langka memilih tinggal di
asrama. Mereka biasanya membeli rumah atau flat yang sudah disesuaikan
untuk menampung kelompok kecil siswa, pasangan atau keluarga. Ada juga
beberapa pemilik tempat perorangan mengijinkan rumah-rumah mereka
dikelola dan disewakan.
Tinggal di asrama merupakan cara terbaik
untuk bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng.
Inilah salah satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama.
Kesadaran inilah yang menepis kekhawatiran akan terjadinya gegar budaya
atau “cultural shock“.
Hidup dalam komunitas non muslimlah
justeru kita dituntut untuk membuktikan nilai-nilai Islam yang tinggi
ini sebagai sebuah solusi bagi manusia. Tentunya ini adalah pekerjaan
dakwah yang merupakan tanggungjawab setiap muslim dimana saja berada.
Dengan tetap menjaga keistimewaan kita sebagai muslim yaitu kesalehan.
Hari-hari
terus berlalu, tampaknya si Bibi ini betul-betul perhatian dengan apa
yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini pakaian si A, ini si B dan
seterusya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor milik mahasiswa dari
Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian dalam, si Bibi
merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang
dicucinya, hanya pakaian muslim arab saja yang terlihat tidak kotor,
tidak berbau, tidak kumuh dan tidak banyak noda dipakaiannya.
Kejadian
langka ini semakin mendorong rasa penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci
pakaian di asrama ini selalu merasa aneh saat mencuci celana dalam
mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam mereka selalu tak
berbau.
Maka masih dalam keadaan penasaran, si Bibi memutuskan
bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat ditanya
kenapa. Dua orang ini menjawab, ”Kami selalu istinja setiap kali
kencing.” Pencuci baju ini bertanya lagi, ”Apakah itu diajarkan dalam
agamamu?”
“Ya!” Jawab dua orang pelajar muslim tadi.
Merasa
belum yakin 100 persen dengan jawaban itu, akhirnya si Bibi datang
menemui salah seorang tokoh muslim yaitu Doktor Sholeh– Pengajar di
sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris–
Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas perihal adanya
pakaian dalam yang ‘aneh’.
Ada beberapa pakaian dalam yang tidak
berbau seperti kebanyakan mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz
ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan
bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak
seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.
Betapa
terkesan ibu tua ini jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan
apatah lagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak
lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam dengan perantaraan
pakaian dalam!
Tidak disangka ternyata diam-diam si tukang cuci
masuk Islam, gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut,
yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab
musabab si Bibi masuk islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya
sangat kagum dengan kawan muslim Arab ini, karena dari semua pakaian
yang dicucinya, hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak
macam-macam. Dan dengan hidayah Allah Swt, dirinya dapat membedakan
antara pakaian seorang muslim dan non muslim.
Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk Islamnya seorang non muslim ke dalam Islam lebih disebabkan pada hal-hal luar biasa dan penting. Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Mendapat hidayah di penghujung usia gara-gara pakaian dalam!Sungguh takdir Allah benar-benar telah jatuh berketepatan dengan kegigihannya selama ini mengisi hari-hari di sisa hidupnya sebagai petugas laundry. Disinilah letak rahasia nikmat Allah yang agung yang mempertemukan antara takdirNya dan ikhtiar manusia. Sungguh Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal seorang hambaNya.
(Di kutip dari: Majalah Al-Qawwam edisi 15, dzul qa’dah 1427 H Badiah, Riyadh)
0 Response to "Masuk Islam Karena Celana Dalam"
Post a Comment